Selamat Datang Di Blogger Kami RKM CWS Gedung Kenanga

Kami sangat senang dengan kunjungan anda ke blog kami. Semoga Blog kami ini dapat memberkati saudara dan doa kami selalu menyertai saudara. Tuhan Memberkati

We are very pleased with your visit to our blog. Hopefully this blog can bless you and our prayers are always with you. God Bless


Kamis, 16 Desember 2010

Siapakah Orang-orang Majus itu?


Bapa Gereja purba, Yustinus Martir dalam bukunya: Dialoque with Thrypo (ditulis + 154, jadi masih dekat dengan zaman rasuli), orang-orang Majus itu dikatakan berasal dari tanah Arab. [ lihat, Jack Finegan, Handbook of Biblical Chronology (New Jersey: Princeton University Press, 1964), 231]

Apakah orang Arab punya peranan dalam sejarah keselamatan? Tentu saja. Menurut Alkitab sendiri, Ismael, sebagai salah seorang anak Abraham (Ibrahim), dikaruniai Allah berkat sebagai bangsa yang besar. Keturunan Ismael ditentukan hidup berdampingan dengan umat Israel. Dalam Kitab Taurat, anak-anak Ismael tinggal di padang gurun yaitu antara Hawila dan Syur, yang letaknya di sebelah timur Mesir ke arah Asyur. Karena itu, secara geografis (Ibr: ‘al fene kal eheu nafel) “mereka menetap berhadapan dengan semua saudara mereka (Kejadian 25:18).  
(red: Kata "berhadapan" dapat pula berarti "berdampingan."  "berhadapan" seringkali dikonotasikan dengan sangat negatif "bermusuhan.")

Sebutan Asyur (Assyria) pada zaman itu, sekarang menunjuk wilayah Irak, tepatnya di sekitar Teluk Persia. Kita juga membaca tulisan-tulisan rabi-rabi, bahwa Shilo yang disebut dalam berkat Nabi Yakub, tidak lain adalah Syi Loh, “persembahan-persembahan untuk-Nya.( lihat, Risto Santala, Loc.Cit) Orang Majus sangat terkenal sebagai ahli perbintangan di Persia, ilmu perbintangan sudah berkembang luas.

Kalau demikian, manakah yang benar: orang Majus berasal dari Arab ataukah dari Persia penganut Zoroasther? Keduanya tidak perlu dipertentangkan. Sebab, suku-suku Arab telah mendiami Teluk Persia sejak masa yang paling dini. Pada masa-masa kemudian, suku-suku Arab di Teluk itu banyak yang telah menjadi Kristen. Itulah suku-suku Arab di Teluk: Thay, Tanukh dan Aqula. Menurut sumber-sumber sejarah Gereja Gereja Syria, sarjana-sarjana suku Arab Kristen di teluk inilah yang membantu Patriarkh Syria, Mar Yuhanna Abu Sedra II, menerjemahkan Injil secara lengkap dalam bahasa Arab dari Aram / Suryani tahun 643. [lihat, Mar Ignatius Ya’qub III, Al-Kanisat al-Suryaniyyat Al- Anthakiyyat Al-Orthodoksiyyat (Alleppo: Alif-Ba’ Al-Adib Linasyr, 1980), 12-14]

Menurut tradisi Gereja Syria Timur (Assyria) yang ada di Irak, sebenarnya jumlah orang-orang Majus itu tidak hanya 3 orang, tetapi 12 orang. Dalam drama-drama Natal, Jumlah 3 orang itu hanya disesuaikan dari jumlah persembahannya, yaitu emas, kemenyan dan mur. Menurut legenda orang-orang Kristen Assyria tersebut, ke – 12 orang-orang Majus itu, masing-masing dikelempokkan menjadi 3 kelompok: pertama, 4 orang yang membawa emas, yaitu: Arvindid bin Artiban, Hormsad bin Satros, Gusnasab bin Gunafar dan Arshak bin Markus; kedua, 4 orang membawa mur, yaitu: Zarandar bin Warzud, Akreho bin Kesro, Arbachas bin Kolite dan Ashtan-Kakodon bin Shesran; dan ketiga, 4 orang lagi membawa kemenyan, yaitu Mahroz bin Kohram, Aksherosh bin Kashan, Sadlak bin Baldan dan Marodak bin Bildad [dalam buku Aziz A.Atiya, History of Eastern Christianity (Notre Dame, Indiana: University of Notre Dame Press, t.t.), 243.]

Dalam tradisi Assyria yang kita kutip, memang tidak ada keterangan bahwa orang-orang Majus itu Arab. Hanya disebut kalau mereka itu “were apparently Aramaic speaking, they could had come only from the kingdom of Urhai or Eddesa”

Sumber-sumber sejarah Romawi pada abad-abad permulaan Masehi, memasukkan Eddesa ke dalam suku-suku Arab. Menariknya lagi, dalam tradisi Kristen Syria, seperti yang diriwayatkan Mar Mshihazkha, dalam buku Al-Mashadir Al-Suryaniyyah (Sources Syriaques), bahwa uskup pertama wilayah Adiabene yang langsung diangkat oleh Rasul Thadeus, yakni Uskup Mar Pkidha, adalah keturunan salah satu dari orang Majus itu. [ lihat, Samuel Hugh Moffett, A History of Christianity in Asia. Vol. I (New York: Orbis Book, 1998), 45]

Perlu digarisbawahi, bahwa bahasa sehari-hari orang Majus adalah juga bahasa Aram, sama seperti bahasa yang dipakai Yesus. Orang Majus berasal dari Kerajaan Eddesa atau Urhai. Urhai adalah sebutan dalam bahasa Aram yang dalam bahasa Arab dikenal Ar-Raha, yakni sebuah kota yang kini termasuk wilayah negara Syria Modern. Masih di Eddesa, kita juga mengenal nama Raja Abgar V Chomo yang sangat terkenal, yang dalam sumber sejarah Roma disebut memerintah di wilayah yang: ho tes ‘ Arabias phularxos, “termasuk daerah suku-suku Arab. [ Dalam “Shurat Risalat Abjar al-Hakm ila Yasu’a”, dalam Tarikh al-Kanisat li Yusabius al-Qaisari. Tarjamat ila lughat Arabiyah: Al-Qamash Marqus Dawud (Kairo: Maktabah al-Muhabah, 1979), 55-59]

Jadi, jika kita sepakat orang Majus itu berasal dari Arab, kita tidak perlu jauh-jauh mencarinya ke Mekkah atau Madinah di Arab Selatan, melainkan kita bisa menjumpainya dari suku-suku Arab Utara di wilayah Teluk Persia.

 (Di sadur dari Buku Bambang Noorsena Renungan Ziarah ke Tanah Suci, 189-191).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar